Menu

Rutinitas Menulis Blog & Pola Proteksi Keberlangsungan Bisnis

Rutinitas Menulis Blog & Pola Proteksi Keberlangsungan Bisnis

Saya menulis blog sejak tahun 2004, diawali dari tulisan di blog internal di http://localhost. Semakin aktif menulis pada periode 2007 hingga kini dan beberapa kali hiatus karena satu dan banyak sebab.

Mulai tahun lalu saya membaca tulisan pak Dahlan Iskan di https://disway.id dan salah satu yang yang saya kagumi adalah konsistensi kegiatannya dalam menulis. Pak Dahlan Iskan-mungkin karena latar belakangnya sebagai jurnalis-menulis berbagai topik menarik, setiap hari.

Saya mencoba mengikuti kebiasaan pak Dahlan di tahun lalu namun tidak sanggup dan akhirnya sempat kosong agak lama sampai kemudian bersemangat lagi menulis. Jika direview, semangat saya dalam menulis itu, “al imanu yajidu wa yanqusu, yajidu bit tha’ah wa yanqusu bil ma’siah“. Jadi mirip iman yang kadang bertambah dan berkurang, saya harus menyiasatinya.

Apa yang membuat kadang ritme semangat menulis naik dan turun? Karena memang tidak mudah membuat kita menulis dengan topik berbeda (atau sama sekalipun) setiap harinya. Dalam satu waktu mungkin saya punya banyak ide namun dilain waktu tidak punya ide sama sekali. Untuk menyiasatinya, saya harus belajar seperti beruang.

Saat makanan berlimpah, beruang akan makan lebih banyak dan saat makanan sulit, dia akan berhibernasi, tidur panjang dan mencukupi makanannya dengan lemak yang ada dibadannya. Saat semangat menulis, saya bisa menulis beberapa posting sekaligus kemudian membaginya kedalam beberapa schedule waktu penerbitan. Jadi misalnya ditanggal 1 saya menulis 5 topik posting, alih-alih mengeposkannya dalam satu waktu, saya pisahkan masing-masing tulisan ke 5 tanggal yang berbeda.

Dengan demikian, saya punya tabungan tulisan yang menjadi buffer saat saya tidak bersemangat menulis atau saya tidak memungkinkan untuk menulis. Semakin lama, tabungan tulisan itu saya perbanyak sehingga bisa mencapai 1 bulan schedule post atau lebih.

Bagaimana jika topiknya jadi kadaluarsa? Karena saya punya waktu untuk mereview, saya bisa memilih topik mana yang didahulukan dan topik mana yang ditunda. Saya bisa memilih artikel mana yang lebih pas untuk dipublikasikan dan topik mana yang bisa menunggu schedule waktu berikutnya.

Rutinitas Menulis Blog & Pola Proteksi Keberlangsungan Bisnis

Pola ini sebenarnya bukan pola yang asing bagi saya, karena sudah menjalankannya dalam hal proteksi keberlangsungan bisnis. Agar bisnis tetap bertahan, strategi awal adalah memiliki tabungan untuk beberapa waktu kedepan. Bagi orang yang mendirikan usaha dengan modal awal yang cukup besar, hal ini mungkin sudah dengan sendirinya disiapkan, namun bagi saya yang mendirikan usaha hanya bermodalkan semangat, langkah pertama adalah memenuhi gaji sendiri. Setelah tahap itu bisa terpenuhi, baru lanjut ke fase berikutnya, yaitu memiliki tabungan yang bisa menopang proses kerja berikutnya.

Mungkin tabungan awal hanya sekedarnya. Hanya sebatas biaya operasional selama beberapa hari. Kemudian meningkat menjadi beberapa minggu, kemudian bulan dan lebih baik lagi jika kita sudah mampu menyiapkan biaya operasional dalam hitungan tahun.

Saat kita terdesak kebutuhan, kita tidak bisa berpikir leluasa. Sulit untuk berpikir dengan jernih. Sama halnya jika kita hendak diserang binatang buas. Kalau binatangnya masih jauh, kita masih bisa berpikir untuk melawan, menyelamatkan diri atau mencari alternatif lain. Namun jika binatangnya sudah dekat, tentu saja pikiran kita jadi kacau yang mungkin saja membuat kita tidak bisa berpikir logis untuk menyelamatkan diri dengan cara yang mudah.

Jadi urutan prosesnya selalu mulai dari yang paling sederhana, yaitu :

  1. Memenuhi kebutuhan sendiri
  2. Berusaha menabung, meski sedikit demi sedikit
  3. Menjaga point 1 tetap terpenuhi sambil terus meningkatkan tabungan

Pola yang sama bisa diterapkan pada kehidupan personal. Pada aspek finansial pribadi maupun keluarga. Dengan pola sederhana tersebut, kita tidak terjebak pada usaha yang kelihatan keren, banyak klien, banyak produk, namun ternyata hasilnya kerja bakti semata.

Masim Vavai Sugianto

Menu