Menu

Sumber Penghasilan untuk Pensiun Dini

Sumber Penghasilan untuk Pensiun Dini

Jika memiliki keinginan untuk pensiun dini (FIRE, Financial Independence Retirement Early) semestinya sudah memiliki kalkulasi biaya yang diperlukan untuk menghidupi diri dan keluarga saat memasuki masa pensiun.

Pensiun dini biasanya tidak berarti berdiam diri tidak melakukan pekerjaan mencari uang sama sekali, melainkan bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan yang memang ingin dilakukan dan kita dapat menentukan sendiri komitmen, waktu maupun effort yang harus dilakukan.

Misalnya saat sudah pensiun ingin membuat buku atau ingin memberikan jasa layanan konsultan secara remote, maksimal hanya menghabiskan waktu 5-10 jam per minggu, hal itu wajar saja karena kegiatan yang dilakukan bukan lagi kegiatan untuk mencari nafkah dari pagi hingga sore atau malam melainkan lebih sebagai kegiatan aktualisasi diri karena memiliki kapabilitas untuk itu.

Dari skema 4% FIRE, kita bisa menghitung total kebutuhan dana yang harus dicapai. Misalnya pengeluaran bulanan kita adalah Rp. 5 juta, maka setahun berarti 60 juta. Kalikan dengan 25 (Jika 4% dari X adalah 60 juta, maka X adalah 60 juta * 25) didapat angka 1.5 miliar.

Angka yang cukup besar untuk ukuran sekarang dan bagi kebanyakan masyarakat Indonesia dan angka itu akan tetap terlihat besar jika kita hanya memandanginya saja, hehehe…

Itu padahal dengan asumsi pengeluaran Rp. 5 juta/bulan. Bagaimana dengan keluarga dengan pengeluaran lebih dari itu? Apa lantas kita harus terus bekerja hingga masa tua? Atau kita bergantung pada anak disaat kita tidak lagi bekerja? Tentu saja keduanya bukan pilihan yang baik. Jadi tidak apa-apa, meski angkanya kelihatan besar, coba rencanakan dan susun upaya untuk pencapaiannya.

Bagaimana dengan mekanisme nilai intrinsik dan future value? Uang 5 juta rupiah untuk biaya hidup per bulan mungkin masuk akal untuk rata-rata nilai biaya hidup saat ini. Mungkin malah bisa lebih kecil. Bagaimana dengan 10 tahun mendatang dengan tingkat inflasi sekian persen? Itu bisa dikalkulasikan juga kok. Daripada membuat kita tambah pusing dan akhirnya memilih untuk menarik selimut kenyamanan semu dengan tidak mau memikirkan masa depan, lebih baik kita pikirkan hal-hal yang bisa kita capai.

Mekanisme untuk mencapai level FIRE sebenarnya sederhana, bisa diklasifikasikan kedalam 3 hal utama, yaitu :

  • Meningkatkan pendapatan
  • Mengurangi pengeluaran
  • Memaksimalkan investasi

Anggaplah point 1 sukar direalisasikan (tapi bukan berarti tidak mungkin), kita masih bisa melakukan point 2 dengan mencatat pengeluaran bulanan dan menghilangkan atau mengurangi pengeluaran yang tidak wajib. Sisa yang bisa dihemat, dimaksimalkan untuk investasi.

Sebagai contoh, jika setiap bulan porsi penghasilan yang ditabung atau diinvestasikan hanya 10% dari pendapatan, apakah memungkinkan untuk dinaikkan menjadi 20%, 30% atau bahkan 50%? Jika kita sudah berkeluarga, mencapai level tabungan 50% mungkin terasa ajaib namun saat masih bujangan, nilai tabungan 50% dari pendapatan sebenarnya masuk akal dan bisa dicapai.

Langkah berikutnya adalah menyimpan tabungan tersebut. Apakah sekedar disimpan di tabungan bank karena tidak mengerti investasi dan ada banyak kasus investasi bodong yang membuat kita jadi khawatir? Tentu saja tidak demikian. Kalau tidak mengerti investasi, langkah yang benar dan harus ditempuh adalah mempelajarinya, bukan menghindarinya. Tanggung jawab keuangan adalah tanggung jawab kita, jadi luangkan waktu agar kita tidak menyesal dikemudian hari.

Karena tabungan yang disisihkan ini untuk jangka panjang dalam rangka pensiun dini, artinya dalam kondisi normal, kita tidak akan butuh dana yang ditabungkan dalam jangka waktu dekat. Pilihan ini membuat kita memiliki banyak pilihan beragam, antara lain :

  • ORI (Obligasi Ritel Indonesia), SBR (Savings Bond Ritel), SBN (Surat Berharga Negara) dan Sukuk bagi yang lebih memilih keamanan investasi, karena investasi ini dijamin oleh pemerintah (karena dikeluarkan oleh pemerintah juga cq kementerian keuangan). Saat ini saya berinvestasi pada SBR004 dan ST02 sebagai bagian dari pembelajaran saya 🙂
  • Reksadana, bisa memilih 4 kategori mulai dari Reksadana Pasar Uang atau Money Market (RDPU atau MM), Reksadana Pendapatan Tetap atau Fixed Income (RDPT/FI), Reksadana Campuran atau Balance Fund (RDC/BF) dan terakhir Reksadana Saham atau Equity Fund (RDS/EF). Reksadana tersebut diurutkan dari yang resiko rendah menuju resiko tinggi dan demikian halnya dengan potensi keuntungan urutannya juga sama. Saya memiliki beberapa investasi reksadana yang disesuaikan dengan tujuannya. Misalnya untuk tabungan kuliah Zeze Vavai dan Vivian, porsi reksadana saham lebih besar daripada porsi yang lain karena kebutuhannya masih cukup lama. Saya lebih banyak mengambil skema 10-20-30-40, yaitu 10% RDPU, 20% RDPT, 30% RDC dan 40% RDS.
  • Saham, berinvestasi di bursa dengan memilih saham-saham yang memiliki potensi capital gain atau dividen yield lebih besar. Saya mulai berinvestasi saham sekitar tahun 2014-2015, jadi agak telat sebenarnya. Tapi ya tidak apa-apa karena saya juga telat belajar mengenai literasi keuangan. Saat ini saham yang saya pilih saya kelompokkan untuk tujuan jangka panjang, jadi saya lebih memilih dividen yield daripada capital gain
  • Peer to Peer Lending. Ini adalah model investasi Fintech (Financial Technology), jadi mekanismenya berupa crowd funding, pendanaan usaha dengan nilai tertentu yang dibagi ke beberapa atau banyak investor. Saya berinvestasi di Ammana dan Investree dan sudah berjalan selama beberapa periode
  • Property Crowdsource. Ini mirip seperti Peer to Peer Lending hanya saja biasanya terhadap developer properti. Investasi crowdsource juga, hanya saja ditujukan untuk pengembang properti seperti perumahan, pabrik dan lain-lain.
  • Kontrakan, Tanah pertanian dan Kolam. Ini sebenarnya lebih kepada pendayagunaan asset. Misalnya sudah ada asset tanah, daripada dibiarkan kosong lebih baik difungsikan sebagai kontrakan atau ditanami tanaman yang menghasilkan atau dibuat kolam. Paling tidak, ada hasil yang didapatkan daripada sekedar menunggu capital gain karena kenaikan nilai asset

Beberapa investasi yang dilakukan diatas ada yang berjalan sesuai harapan ada juga yang meleset. Wajar, karena dari situ kita bisa belajar lebih jauh dan bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Minimal kita tidak berdiam diri hanya karena merasa situasi hidup kita terlalu sukar untuk diperjuangkan.

Masim Vavai Sugianto

Menu