Menu

Tips Wirausaha : Start Small

Tips Wirausaha : Start Small

Wirausaha itu mudah… jika sudah menjalaninya.

Kalimat diatas sama halnya dengan kalimat “Key of Success adalah kunci kesuksesan”. Kelihatan keren, tapi ya nggak ada nilai kalimatnya hehehe…

Banyak rekan-rekan yang bilang bahwa wirausaha itu susah, karena butuh keberanian mental. Perlu kemampuan menjual, padahal tidak semua orang punya kemampuan tersebut.

Saya jadi ingat cak Lontong pernah berkata bahwa menjual itu soal mudah, karena dia bilang orang yang dipecat dari perusahaan dan belum dapat pekerjaan baru, dalam waktu beberapa bulan saja bisa menjual barang-barang miliknya 😛

Kalau bicara semua harus lengkap, memang lama menunggunya. Bahkan mungkin tidak akan jadi memulainya. Padahal kita tidak harus lengkap segala-galanya baru bisa memulai niat wirausaha.

Sama seperti memeram buah, memulai usaha dengan persiapan matang memang baik, namun terlalu matang juga nanti malah jadi busuk. Ambil jalan tengah saja, perlu disiapkan namun juga jangan sampai kelamaan mempersiapkannya, nanti momentum yang ada jadi hilang.

Untuk mulai wirausaha, awali dengan pertanyaan. Pertanyaannya sederhana : “Apakah pendapatan yang ada sekarang sudah memadai untuk kita?”. Memadai dalam arti kita bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari setiap bulan. Memadai dalam arti kita bisa menyisihkan pendapatan yang ada untuk menabung, untuk persiapan keadaan darurat dan persiapan untuk masa depan.

Jika pertanyaan tersebut jawabannya “belum memadai”, jangan diam saja. Berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa itu seperti cerita seekor katak yang direbus dengan air yang dipanaskan perlahan-lahan sampai mendidih. Jika katak dimasukkan ke air panas, mungkin dia langsung loncat karena kaget, namun jika dimasukkan ke air dingin kemudian dipanaskan pelan-pelan, mungkin dia merasa nyaman semu, hangat dibadan sampai kemudian saat air semakin panas, dia sudah tidak mampu melompat dan segalanya menjadi terlambat.

Terdengar familiar? Iya, itu sama seperti kita yang sudah tahu jawaban diatas adalah “belum memadai” namun tidak berusaha untuk mencari solusi. Berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa meski kita tahu bahwa menunggu keajaiban besar kemungkinan akan sia-sia. Apa kita mau menjadi seperti katak, yang terlambat menyadari dan saat hendak memulai usaha, semuanya keburu terlambat dan kita kehilangan momentum.

Saya tidak menakut-nakuti, karena pengalaman diatas juga pengalaman saya. Saya selalu risau jika menyadari hal diatas, hati saya nyeri namun saya juga bingung mau melakukan apa. Kalau bisa dibilang beruntung, gabungan antara kebiasaan saya membaca buku dan artikel, ditunjang dengan doa dari keluarga, ditambah dengan bantuan dari rekan-rekan membuat saya memiliki beberapa alternatif.

Kisahnya saya tuliskan disini : https://www.vavai.com/2012/05/31/tips-wirausaha-memulai-wirausaha-dengan-modal-seada-adanya/

Jika kita sudah menyadari posisi kita, kita bisa mulai memikirkan apa yang bisa kita lakukan untuk minimal menambah porsi tabungan. Sekarang lebih banyak peluang yang bisa kita ambil, bahkan tanpa perlu kita meninggalkan pekerjaan sehari-hari.

Kita bisa membuat buku, mencetak dan menjualnya. Kita bisa membuat ebook yang kemudian dijual secara indie label. Kita bisa menjadi dropshipper, berjualan tanpa harus memiliki barang secara fisik. Kita bisa membuat layanan hosting yang bisa kita kelola setiap kita pulang bekerja. Kita bisa memanfaatkan kepandaian kita untuk memberikan kursus diakhir pekan. Memberikan les privat bahasa Inggris, les mengaji, les melukis, les menulis, les membuat desain grafis, apa saja yang bisa disesuaikan dengan kemampuan kita.

Yang perlu dilakukan adalah membuat list apa saja yang bisa kita lakukan tanpa modal atau dengan sedikit modal, kemudian memilih mana pekerjaan yang bisa dilakukan dengan potensi keberhasilan besar, tidak mengganggu pekerjaan maupun rumah tangga dan tidak perlu modal yang relatif besar.

Start small. Mulai dari hal yang kecil, hal yang mudah untuk dilakukan. Jika ingin berjualan bakso, kita bisa menggunakan peralatan yang biasanya digunakan di dapur. Jika ingin membuat donut kentang, kita bisa mulai membuat beberapa donut kentang dulu (tentu saja perlu memperhitungkan komponen biaya). Jauh lebih penting lagi jika kita sudah punya calon pembeli, itu kesempatan besar untuk memulai dan mengembangkan usaha.

Maksimalkan semua usaha untuk mendapatkan pemasukan. Tekan semaksimal mungkin pengeluaran. Usahakan agar pengeluaran yang terjadi memang merupakan kebutuhan yang tidak bisa dihindari. Misalnya pengeluaran membeli kentang dan terigu untuk membuat donut kentang, kan nggak mungkin diganti menjadi bahan lain, nanti namanya donut lain dong 🙂

Saat mulai usaha, abaikan gaya hidup. Anda tidak keren jika mendapat limpahan dan suntikan modal besar sedangkan kemampuan anda hanya sekedar menghabiskan uang modal untuk gaya hidup saja.

Tidak ada juga orang yang mengacungi anda keren hanya karena setiap hari bekerja di kafe agar dianggap generasi startup keren padahal kondisinya sedang dalam kesulitan untuk sekedar membayar tagihan kopi yang dipesan.

Saya tidak bermaksud mendikotomikan 2 hal yang bertentangan atau seolah-olah bersikap untuk selalu sederhana dalam setiap hal dan kondisi. Kita boleh dan berhak membuat nyaman diri kita, dengan syarat tidak mengorbankan kebutuhan utama yang tidak bisa kita tinggalkan.

Saat memulai Excellent beberapa tahun yang lalu, modal saya hanya 1 buah laptop dan modem internet. Saya bekerja sendiri, dengan target utama adalah memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan menutup biaya tagihan listrik dan internet. Setelah kebutuhan utama itu terpenuhi, baru saya beranjak ke tahap berikutnya, berusaha menabung dan meningkatkan porsi pendapatan sehingga kemudian saya bisa merekrut seorang rekan untuk membantu saya.

Selama bertahun-tahun markas Excellent tempat saya bekerja adalah rumah saya sendiri. Awalnya di kamar depan yang belum ditempati, kemudian membuat kamar di lantai 2, kemudian melebarkannya, melengkapinya dan menambah jumlah team secara bertahap.

Setiap kali menambah team, saya memperhitungkan kemampuan Excellent untuk membiayainya. Bukan sekedar untuk sebulan 2 bulan melainkan untuk 6 bulan atau 1 tahun kedepan. Untuk transportasi saya mengandalkan kendaraan umum atau sepeda motor Jupiter MX yang saya cicil di tahun 2008 dan masih saya pakai hingga sekarang. Untuk makan siang dulu memasak nasi agar biayanya lebih murah dan bisa mencakup jumlah team yang lebih banyak.

Setiap kelebihan pendapatan yang ada kami tabung setiap bulannya. Kami perbesar porsinya, agar dana cadangan darurat bisa lebih besar lagi. Agar kami bisa leluasa melakukan pekerjaan tanpa terlalu khawatir biaya operasional setiap bulan. Dengan menekan pengeluaran dibarengi upaya meningkatkan pendapatan, pelan-pelan kami bisa sedikit menabung agar bisa membuat buffer biaya operasional selama 1 bulan. Kemudian bertahap menjadi 2 bulan, 3 bulan, 6 bulan hingga akhirnya kami targetkan minimal 1 tahun dana cadangan darurat.

Saya tidak risau meski usia Excellent sudah cukup lama namun bentuknya masih perusahaan kecil. Saya lebih memilih fondasi yang kuat, pertumbuhan yang sehat dan normal daripada memaksakan diri untuk berkembang diluar batas kewajaran.

Tumbuh menjadi besar bukan suatu kejahatan dan jika ada rekan-rekan yang bisa seperti itu, tentu patut diapresiasi. Yang tidak boleh dilupakan adalah jangan sampai kita meraih suatu target hanya untuk sekedar mendapatkan pengakuan. Karena pada dasarnya kita berwirausaha untuk peningkatan kualitas kehidupan kita, kehidupan keluarga dan kehidupan lingkungan kita.

Jadi, kapan memulai langkah kecil kita dengan bertanya pada diri sendiri, “Apakah apa yang kita dapatkan selama ini sudah cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup dan masa depan kita?”

Masim Vavai Sugianto

Menu