Menu

Excellent Insight Day #29: Jangan Katakan Ya Jika Ingin Berkata Tidak

Excellent Insight Day #29: Jangan Katakan Ya Jika Ingin Berkata Tidak

Insight kali ini adalah mengenai sikap sederhana namun penting, yaitu mengenai keberanian kita berkata tidak dan menolak suatu permintaan. Banyak orang yang tersandera oleh ketidakmampuan mengatakan tidak dan akibatnya merasa sebal, lelah dan terbebani hidupnya.

Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Kalimat “Jangan Katakan Ya Jika Ingin Berkata Tidak” pernah saya baca pada sebuah buku dan semenjak membacanya saya tidak pernah melupakan kalimat itu. Kalimat itu menjadi patokan dan prinsip saya dalam mengantisipasi kemungkinan adanya kesulitan yang menghampiri.

Meski terdengar sepele, saya pernah melewati masa-masa tidak mengenakan, baik bagi pribadi, kisah romantis Excellent Insight Day #29: Jangan Katakan Ya Jika Ingin Berkata Tidak maupun kondisi di lingkungan kerja hanya gara-gara saya berkata “Ya” disaat hati saya memerintahkan untuk berkata “Tidak”.

Beberapa kali saya terlibat kesulitan yang tidak perlu, beban kerja berlebih maupun target yang tidak tercapai hanya gara-gara kata “Tidak” yang sulit sekali diucapkan. Banyak pertimbangan yang mendasarinya. Entah takut melukai hati orang lain, takut menolak, nggak enak, bimbang dan keragu-raguan lainnya.

Padahal, kata “Tidak” pada saat yang tepat seringkali berguna untuk menghindarkan diri dari masalah di kemudian hari, menjaga harga diri hingga menunjukkan sikap kita.

Contoh mudah, jika satu saat kita diminta melakukan sesuatu yang kita tahu melanggar aturan (gamblangnya, saat kita melakukan pengecekan penyimpangan, kita diminta menyembunyikannya terlebih dahulu. Biasanya yang meminta adalah orang yang kenal baik dengan kita atau atasan kita dan juga mereka beralasan “akan langsung diperbaiki”), katakan saja “Tidak” tanpa harus merasa ragu. Teman adalah teman, atasan adalah atasan, saudara adalah saudara, namun jika kita menuruti permintaan mereka untuk sesuatu yang melanggar, itu sama saja kita menjerumuskan mereka, bukan menolong mereka.

Dalam hal percintaan misalnya, banyak gadis yang ingin menolak cinta merasa ragu untuk bilang “Tidak”. Ada alasan, “nggak enak”, “kasihan”, “takut melukai hati”, “takut nanti dimusuhi” dan lain sebagainya. Padahal, lari dari jawaban “tidak” saat itu bisa jadi menimbulkan masalah yang berkepanjangan dikemudian hari.

Dari satu sisi, kata “Tidak” mungkin membuat marah dan kecewa lawan bicara, namun jika kita mengatakannya secara elegan, marah dan kecewa itu semestinya tidak perlu dikhawatirkan. Boleh saja memikirkan perasaan orang lain namun jangan sampai hal itu dilakukan dengan cara mengorbankan diri sendiri.

Do not feeling guilty, jangan merasa bersalah jika kita bilang tidak. Jika ada yang meminjam uang namun kita ragu atau khawatir, jawab saja tidak dengan sopan. Alasan kita mungkin saja karena kita tidak memiliki uang atau uangnya dialokasikan untuk keperluan lain dan itu adalah hak kita. Tidak perlu kita bersusah hati untuk mencari-cari alasan atau kita merasa bersalah karena belum bisa meminjamkannya. Daripada nanti malah merusak hubungan baik karena uang yang “tersangkut” jika ada kegagalan bayar hutang, jauh lebih baik untuk kedua belah pihak jika kita menghindari kemungkinan itu.

Katakan tidak jika kita diminta melakukan sesuatu yang melanggar norma hukum, agama maupun sosial. Katakan tidak jika kita diminta melakukan sesuatu yang kita tahu hasilnya tidak baik bagi kita. Katakan tidak jika kita diposisikan sebagai korban bully, kekerasan verbal dan bentuk pelecehan lainnya. Katakan tidak untuk menolak melakukan sesuatu yang menghabiskan waktu kita tanpa benefit yang sesuai.

Saya pernah beberapa kali merasa bersalah jika menolak undangan presentasi produk. Merasa bersalah jika ingin menolak permintaan hadir disuatu tempat secara mendadak. Merasa bersalah jika ingin menolak permintaan penawaran karena khawatir dianggap menolak rezeki atau khawatir dianggap tidak professional. Akibatnya saya tersandera oleh masalah yang saya buat sendiri. Saya tidak mampu menentukan keputusan akhir, terkatung-katung hingga akhirnya calon klien malah marah karena saya terlalu lama memenuhi permintaannya.

Padahal, sepanjang kita lakukan dengan niat baik, sopan dan elegan, menolak suatu permintaan bukanlah kejahatan. Jauh lebih baik bagi kita dan orang lain jika kita menolak karena tidak ingin nantinya mengecewakan dia. Itu artinya kita punya tanggung jawab moral, bukan sekedar asal mengiyakan sesuatu namun tidak bertanggung jawab pada proses pelaksanaannya.

Saya bahkan pernah melakukan moratorium order di Excellent. Selama 2 bulan Excellent tidak menerima order baru agar saya dan team punya waktu untuk bernafas. Punya waktu untuk melakukan kegiatan yang diinginkan. Agar bisa istirahat dan lebih fresh, tidak tersandera oleh keputusan yang tertunda-tunda. Setelah moratorium order 2 bulan, Excellent tetap dapat survive dan order tetap datang karena Excellent lebih bisa fokus pada core competency Excellent.

Berhenti merasa bersalah jika kita berkata tidak untuk melindungi diri kita sendiri. Berhenti merasa bersalah jika kita menolak sesuatu untuk kebaikan diri kita, keluarga maupun lingkungan kita.

Jangan katakan “Ya” jika ingin berkata “Tidak”. Tidak usah takut dan tidak usah khawatir. Pada akhirnya, hidup kita milik kita sendiri. Susah maupun senang, kita juga yang menjalaninya…

Referensi Artikel :

  1. 10 Guilt-Free Strategies for Saying No
  2. Six Steps To Gracefully Say No And Not Feel Guilty

Action :

Belajarlah cara menolak ajakan atau permintaan dengan sopan dan elegan tanpa harus merasa bersalah. 2 link referensi artikel diatas bisa membantu kita untuk melakukan penolakan secara elegan. Berikan waktu buat diri kita sendiri, jangan isi semua hari dan waktu dengan agenda kegiatan yang pada akhirnya membuat kita jenuh. Sayangi diri sendiri, agar hidup kita jauh lebih bermanfaat, tenteram dan terhindar dari kesulitan yang tidak perlu.

CATATAN :

Excellent Insight Day #29: Jangan Katakan Ya Jika Ingin Berkata Tidak

Tulisan diatas merupakan bagian dari seri tulisan “Excellent Insight”. Saat ini kumpulan bukunya sudah diterbitkan dalam bentuk buku cetak maupun ebook.

Masim Vavai Sugianto

Menu