Menu

Momentum

Salah satu aspek yang sering saya bahas di Excellent adalah soal momentum atau timing waktu. Saya kerap gemas jika bicara eksekusi suatu pekerjaan yang semestinya sudah selesai dilaksanakan, namun tertunda tanpa alasan yang bisa dipertanggungjawabkan.
 
Sebagai contoh, kadang saya tanya : “All team, Infocus dan t-shirt untuk training apakah sudah disiapkan?”
 
Kadang jawabannya : “Sudah, tapi belum dimasukkan ke paper bag”
 
Why… Why… Why…
 
Kenapa harus ditunda, padahal mau dimasukkan sekarang maupun nanti, teteup saja harus dimasukkan.
 
Contoh lain adalah saat saya meminta adik saya menyiapkan kolam untuk belut dan menanam singkong di kebun belakang markas alam Taman Bacaan Excellent.
 
“Bob, kolam untuk belut sudah siap belum”, tanya saya ke adik saya, Marhidin Bob
 
Kadang jawaban dia, “Lagi disiapkan…”
 
Nanti sekian waktu berselang saat saya tanya, jawabannya lagi nunggu tukang. Berikutnya lagi baru plester.
 
Pada hemat saya, menyiapkan kolam untuk belut mestinya tidak memakan waktu terlalu lama. Yang utama adalah kolamnya dipastikan tidak bocor, kemudian diisi dengan campuran tanah, lumpur, gedebong pisang dan lain-lain setelah itu dibiarkan agar bercampur dan menjadi lumpur.
 
Jika dilakukan 1 bulan yang lalu, semestinya sudah siap dimasukkan bibit sekarang. Kalau baru diproses sekarang, bibit belut baru bisa dimasukkan nanti 2 minggu sampai dengan 1 bulan kedepan.
 
Ehm, sebenarnya ini bukan sepenuhnya salah si Bob. Karena andil saya juga besar dalam aspek keterlambatan tersebut. Namun karena ini status FB saya, saya menampilkan kesan kalau saya sudah well prepare, hehehe….
 
Hal yang sama terjadi saat saya meminta adik saya menyiapkan bibit singkong untuk ditanam di kebun belakang. Saya minta bibitnya disiapkan kemudian tanahnya saya bersihkan bersama dengan keponakan saya.
 
Awalnya dijanjikan bibit siap hari Sabtu karena di hari lain terhalang kerja. OK tidak masalah. Namun saat Sabtu ternyata belum siap karena tidak ada bibitnya. Dijanjikan Senin, kemudian minggu depan hingga beberapa waktu berselang masih saja belum siap.
 
Akhirnya saya bilang, “Sudah tidak usah repot. Cari saja orang yang punya kebun singkong se kecamatan Tambun. Beli singkongnya, minta batangnya. Kalau perlu beli juga batangnya”.
 
Mungkin ucapan saya terdengar sok jadi boss namun saya pikir semakin lama ditunda, semakin lama pula kita memetik hasilnya.
 
Akhirnya, minggu berikutnya bibit singkong sudah tersedia setelah dicari sampai ke desa tetangga.
 
Masalah belum selesai. Bibit itu sempat tergeletak beberapa waktu karena tidak ada waktu untuk menanamnya. Saat saya ke kebun, saya akhirnya memanggil keponakan saya, kerja gotong royong membersihkan lahan, membuat guludan (gundukan) dan kemudian menancapkan batang-batang singkong yang sudah dipotong-potong.
 
Ternyata keputusan ini menjadi keputusan tepat. Karena setelah ditanam, beberapa waktu kemudian hujan hampir setiap hari turun. Tanaman singkong jadi segar dan tunas-tunasnya bermunculan. Meski saya tidak tahu apakah nantinya akan layu ataukah bisa besar hingga layak panen, saya tidak mempermasalahkannya. Sepanjang segala proses sudah disiapkan sebaik-baiknya, soal hasil saya anggap sebagai berkah yang akan saya terima dengan senang hati.
 
Bagi sebagian rekan mungkin apa yang saya lakukan terlihat aneh. Karena saya membangun Excellent sebagai perusahaan konsultan IT, bisnis di cloud dan mengembangkan layanan training IT namun juga mengurusi singkong, pelihara belut, bebek, ayam dan entog (itik). Sebenarnya apa yang saya lakukan itu sebagai bagian dari hobi. Hobi itu dibiayai dari honor saya di Excellent Momentum
 
Disisi lain, saya terus terang open juga terhadap segala kemungkinan sepanjang positif. Saya masih punya rencana buka stand untuk kuliner khas Bekasi, misalnya jika ada acara kuliner semacam pesta jajanan Bango atau jika ada bazaar-bazaar. Tujuan utama saya bukan untuk profit pribadi namun lebih pada mendayagunakan lingkungan sekitar saya. Memberikan uang jajan dan uang kuliah buat keponakan-keponakan saya dengan cara memberikan mereka pekerjaan yang bisa mereka lakukan tanpa mengganggu kuliah dan pendidikan mereka. Saya juga punya cita-cita membuat sekolah alam dan poliklinik. Memberikan beasiswa bagi anak-anak. Daaaaaan masih banyak lagi.
 
Meski sebagian masih mimpi, ya nggak apa-apalah masih bisa mimpi. Seperti yang ada di tulisan T-shirt Excellent versi 1, “It’s Always Seems Impossible Until It’s Done!”

Masim Vavai Sugianto

Menu