Menu

Bonus Tahunan dari Dividen

Bonus Tahunan dari Dividen

Sejak tahun lalu, saya mulai memindahkan sebagian besar instrumen investasi ke saham-saham yang memberikan dividen secara rutin. Prosesnya saya tuliskan disini : Memilih Saham Dividen untuk Keperluan FIRE.

Memilih saham-saham dividen sekaligus mengubah pola investasi dari yang awalnya bersifat trading menjadi lebih banyak yang sifatnya jangka panjang memberikan dampak baik dalam bentuk ketenangan. Jadi kalau dalam jangka pendek nilai saham turun naik ya tidak apa-apa. Kalau turunnya terlalu dalam padahal fundamentalnya baik malah kebetulan bisa menjadi kesempatan untuk average down, menambah investasi dengan harga yang lebih murah.

Mulai tahun ini, strategi tersebut mulai berbuah. Tidak banyak karena nilai investasinya juga tidak besar. Ada beberapa saham yang dalam setahun memberikan dividen lebih dari sekali. Ada yang 2, 3 bahkan 4 kali dalam setahun. Saham-saham group perusahaan Astra biasanya memberikan dividen 2x dalam setahun.

Bonus Tahunan dari Dividen

Apakah dengan demikian semua investasi melulu dalam posisi jangka panjang. Tidak juga, karena ada sebagian yang tetap digunakan untuk belajar trading yang nilainya mungkin tidak besar tapi kalau mendapat jackpot lumayan juga 🙂

Kadang saya juga masih suka tergoda, kalau saham jangka panjang naik sampai lebih dari 40% saya sudah gatal tangan ingin menjualnya hehehe…

Saham APLN misalnya. Karena tidak punya saham dibidang properti setelah melepas ASRI, saya memindahkan sisa uang gajian ke saham APLN. Beberapa hari yang lalu tiba-tiba sahamnya naik tinggi sampai ARA (Auto Reject Atas). Isunya sih karena IMB di pulau reklamasi diterbitkan dan potensi perusahaannya mendapat profit jadi membesar. Apakah benar demikian, ya nggak tahu, karena namanya ulasan bisa saja jadi pembenar. Yang jelas, efek sampingnya ada bonus tambahan dari APLN tersebut.

Kadang ada yang suka tanya, “Wah keren ya main saham”. “Wah uangnya banyak ya main saham”. “Wah hebat ya bisa ngerti main saham”.

Kalau soal keren, tanpa main saham juga sudah keren kok :-). Kalau soal uang banyak, saham APLN itu dulu saya beli di kisaran harga 160 rupiah. Dengan minimal lot 100 lembar saham, artinya saya hanya butuh 16 ribu rupiah untuk beli 1 lot saham. 10 lot saham atau 1000 lembar saham hanya 160 ribu rupiah. Masya disebut uang banyak 🙂

Memang bener sih kalau dipesan jangan pakai uang belanja atau uang kebutuhan bulanan untuk keperluan investasi saham. Namanya saja investasi, harusnya bersumber dari uang yang dialokasikan untuk investasi, yang kebutuhannya untuk jangka panjang. Bisa juga bersumber dari uang yang didapatkan diluar pendapatan utama. Misalnya ada yang pasang iklan di blog saya atau pendapatan dari Google Adsense, itu kan disebutnya uang nyasar, jadi kita bisa santai saja menginvestasikannya ke saham meski dalam kurun waktu tertentu posisi saham dalam kondisi merugi.

Soal hebat karena ngerti main saham, siapa juga yang ngerti. Warren Buffet aza kalau ditanya saham apa yang naik besok dia jawab nggak tahu. Dukun mungkin tahu tapi sekaliber Warren Buffet aza nggak ngerti. Perbedaan antara orang yang mau belajar mengerti dengan yang menganggap sesuatu itu sulit adalah titik hentinya.

Orang yang mau belajar mengerti, dia tidak berhenti hanya dalam kalimat, “Ah main saham itu bahaya. Ada yang sampai bunuh diri” atau kalimat “Ah saya mah nggak ngerti investasi saham atau reksa dana, apalagi soal ETF dan crowdsourcing”. Kalau kita hanya berhenti disitu ya memang tidak akan mengerti seumur-umur.

Saya tidak katakan itu salah tapi saya pribadi tidak mau berhenti disitu. Kalau saya tidak mengerti saya akan berusaha cari tahu. Kalau kata orang bahaya, saya cari tahu titik bahayanya dimana. Kalau dibilang susah, saya belajar mengatasi susahnya dimana. Saya selalu teringat salah satu prinsip di Excellent, “Kalau tidak tahu, cukup sekali saja”.

Apakah dengan demikian lantas saya selalu beruntung? Nggak juga. Saya pernah cut loss kok, menjual saham meski dalam kondisi merugi karena uangnya saya butuhkan untuk keperluan yang urgent. Saya juga saat ini dalam kondisi minus di sebagian besar investasi saya. Lah kalau minus mengapa yang ditampilkan yang profit dan yang dividen? Karena nilai minus di saham itu nggak keren, hehehehe…

Alasan sebenarnya adalah, karena merugi dan beruntung di investasi itu keniscayaan. Kita bisa mengukur level penerimaan kita. Apakah rugi 5% sudah membuat kita linglung? Apakah rugi 20% sudah kiamat buat kita? Apakah rugi sekian juta atau puluh juta sudah bencana bagi kita?

Semua orang yang investasi dengan jalur yang benar pasti paham bahwa kerugian dan keuntungan itu keniscayaan. Yang bisa kita lakukan adalah belajar memahami polanya. Jangan serakah. Tidak ada yang pasti. Kalau ada yang bilang bisa kasih profit minimal 10% setiap bulan secara rutin, pasti kemungkinan besar scam.

Bonus Tahunan dari Dividen
Ilustrasi Harapan. Image by RÜŞTÜ BOZKUŞ from Pixabay

Kembali ke soal saham dividen. Karena sejak tahun lalu saham banyak yang jumpalitan, saya masih maklum kalau portfolio banyak yang merah, tapi ya nggak boleh dibiarkan terus-terusan. Kalau fundamental perusahaannya baik, saya bisa pilih average down. Kalau nggak ada harapan saya cut loss. Kalau masih ragu, saya bisa diamkan dulu sambil investasi disisi trading. Bisa juga investasi dalam bentuk lain, misalnya membangun usaha baru atau lihat-lihat kebun dan sawah? Mau beli? Bukan, mau mancing saja 🙂

Minggu ini saya sempat menulis juga soal usaha yang tidak butuh modal besar. Juga soal ulasan tentang ServerPilot yang usahanya berjalan karena It’s Works! Itu adalah bagian dari variasi melihat-lihat peluang investasi disisi lain.

Karena pada akhirnya, kita yang bertanggung jawab pada hidup dan masa depan kita. Apapun yang kita lakukan, hidup kita adalah milik kita. Susah maupun senang, kita juga yang menjalaninya.

Masim Vavai Sugianto

Menu