Menu

Variatif Tapi Biasa Saja

Variatif Tapi Biasa Saja

Saya pernah makan di sebuah rumah makan. Pilihan menunya bervariasi. Segala macam ada. Sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan kualitas makanannya. Rasa masakannya biasa saja. So-so gemana gitu. Saya tidak mendapatkan rasa nikmat saat makan menu apapun yang ada. Seperti numpang kenyang namun tidak mendapatkan apa yang saya cari.

Sepertinya si ibu pemilik rumah makan terlalu sibuk memikirkan variasi menu dan melupakan hal essensial, yaitu rasa masakan. Dia sibuk membuat berbagai macam variasi masakan, namun tidak memperhatikan kualitas masing-masing masakan. Dia sibuk expanding her business tapi melupakan faktor yang paling penting.

Mungkin ada banyak pelanggan baru yang tertarik mencoba karena melihat berbagai macam pilihan yang ada, namun akhirnya kapok untuk kembali lagi karena kualitasnya tidak terjaga.

Bicara bisnis, ini biasanya menjadi jebakan bagi pemilik bisnis, yang berpikir dari sudut pandang dirinya bahwa jika ia menyiapkan jaring dengan berbagai ukuran, dia akan mendapatkan ikan berbagai jenis pula. Ada yang mahal namun sebagian besar ikan murahan. Karena dia tidak memikirkan kualitas, hanya memikirkan kuantitas saja.

Dia lupa memikirkan bahwa sudut pandang yang mesti dijaga justru sudut pandang pelanggannya. Benar bahwa kita sebagai pemilik bisnis bisa berimprovisasi namun juga jangan melupakan hal essensial yang diperlukan pelanggan.

Jika bicara personal, model berpikir yang sama bisa diterapkan pada rekan-rekan IT staff. Kita mungkin memiliki berbagai macam pengetahuan dibidang IT, namun apakah hal itu bisa menjadi branding kualitas kita? Jangan-jangan kita bisa berbagai macam hal namun dalam tataran basic saja.

Kita sibuk belajar berbagai macam pengetahuan namun lupa mendalami dan menguasainya. Kita persis seperti si ibu pemilik rumah makan yang menyediakan berbagai macam menu namun rasanya hambar dan biasa-biasa saja.

Saat kita baru mulai belajar sesuatu, mungkin kita masih kesulitan menentukan fokus utama kita dan itu hal yang wajar. Namun jika sudah berjalan beberapa tahun dan kita masih saja terlena membiarkan diri kita biasa-biasa saja, ada baiknya kita perlu waspada.

Kehidupan bisa menjadi terasa kejam jika kita tidak menyiapkan diri untuk mengantisipasi kemungkinan perubahan dan perkembangan dibidang yang kita kuasai. Kita tidak bisa menundanya sampai kita siap. Kita tidak bisa minta belas kasihan karena kita tidak sempat mempersiapkan diri.

Jangan terus-terusan membiarkan diri kita hanya menguasai hal-hal mendasar. Semakin lama akan semakin banyak orang yang menguasai apa yang saat ini kita kuasai. Jangan-jangan selama ini kita menang hanya karena kita lahir lebih dulu dan tahu lebih dulu.

Jangan menunggu untuk memperbaiki kualitas kehidupan kita. Jangan menunggu dan menanti bantuan orang lain untuk kehidupan yang kita jalani, karena hidup kita milik kita, susah maupun senang, kita juga yang akan menjalaninya.

Masim Vavai Sugianto

Menu