Menu

Radang Tenggorokan, DBD atau Tipes?

Radang Tenggorokan, DBD atau Tipes?

Setelah merasa tidak enak body sejak beberapa waktu sebelumnya, gejalanya saya rasakan semakin meningkat di Jumat malam. Tadinya karena merasa kurang istirahat, saya berniat tidur siang sepulangnya dari markas Excellent, namun ternyata waktunya tanggung sudah menjelang waktu maghrib.

Jumat malam saya tidak nyenyak tidur. Rasanya tenggorokan sakit dan susah menelan. Tidurpun gelisah. Jadi paginya saya bilang sama isteri, mau check up ke dokter.

Sabtu pagi saya bersama isteri mengantar Zeze Vavai yang ada acara eskul pramuka di sekolah, kemudian kami meluncur ke Kranji dan Alex (di Bekasi) untuk mengecek status STNK dan plat nomor Pajero Sport apakah sudah available atau belum sekaligus mengganti ban yang terkena plat dan robek besar.

Pulang dari Kranji baru bisa ke klinik. Isteri menawarkan untuk ke rumah sakit saja, misalnya RS Hermina atau Bella tapi saya menolak karena malas antri. Dengan badan agak demam, saya khawatir menunggu dokter dan menunggu antrian malah menjadi siksaaan tambahan.

Ternyata di klinik juga ramai. Setelah batal ke klinik di daerah Agus Salim dekat markas Excellent Premier Serenity, akhirnya saya ke klinik Bhakti Kartini. Ternyata disini juga antri. Saya hampir tertidur karena penantian yang cukup lama dan tempat tunggu yang kurang nyaman (saya berharap menunggunya bisa sambil tiduran, hehehe…).

Menurut dokter yang memeriksa, saya terkena gejala radang tenggorokan. Dokter memberi saya vitamin, FG Troches dan Sanmol. Biaya periksa murah, hanya 50 ribu, karena Sanmol-nya juga tidak ada diapotek klinik tersebut.

Pulang dari klinik dan beristirahat, ternyata gejalanya tambah parah. Saya jadi tambah demam, panas tinggi, badan sakit-sakit dan merasa dingin disekujur tubuh. Saya khawatir ini bukan radang, karena saya pernah mengalami gejala yang sama yang berakhir pada diagnosis Tipes dan DBD.

Sore-nya saya memutuskan untuk mendaftar check up ke RS Bella yang ada dekat rumah. Saya searching di Google dan menemukan poli eksekutif. Saya coba kontak via WA dan melakukan registrasi, ternyata bisa.

Saat saya sampai di RS Bella selepas maghrib, dokternya sedang shalat. Saat dokter tiba di ruang pemeriksaan, ternyata nama saya diurutan pertama yang dipanggil.

Setelah pemeriksaan, dokter memberikan diagnosis yang sama, yaitu radang tenggorokan. Karena khawatir dengan pengalaman sebelumnya, saya minta rekomendasi check darah. Dokter menyetujuinya meski bilang bahwa biasanya check darah setelah demam 3 hari supaya hasilnya efektif.

Pengambilan sampel darah hanya butuh kurang dari 5 menit, tapi saya harus menunggu selama 1 jam untuk mendapatkan hasilnya. Daripada saya mondar-mandir, saya memutuskan untuk menunggu agar dapat hasil dan dapat pemeriksaan dari dokter terkait check darah.

Selama menunggu, badan semakin tidak keruan. Saya sampai sudah berniat untuk tiduran di kursi ruang tunggu.

Sebelum 1 jam menunggu, akhirnya hasil pengecekan keluar. Saya membawanya kembali ke dokter dan dokter bilang bahwa kadar lekosit saya tinggi, yang berarti ada virus yang menyerang. Dokter memberikan tambahan antibiotik untuk saya agar mendapat asupan pertahanan yang lebih kuat dan tidak terlalu lama tersiksa demam.

Pulang dari rumah sakit, saya langsung minum obat dan tidur. Selama tidur, saya bermimpi macam-macam dan tidak karuan. Otak dan pikiran saya seperti tidak padu dan saya seperti orang linglung yang bingung pada hal-hal sederhana. Kalau kata seorang rekan, itu tandanya saya sedang panas tinggi.

Menjelang dinihari, badan terasa lebih enak. Pusingnya sudah berkurang dan rasa dingin dibadan (tapi badan panas) sudah sedikit mereda. Saat saya menulis artikel ini di minggu pagi, saya masih sukar menelan, masih kerap berkeringat dan mata rasanya sepat. Meski demikian, rasanya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

Mudah-mudahan diagnosis dokter benar, saya bukan kena Tipes atau DBD dan hanya butuh istirahat lebih banyak untuk memulihkan kondisi badan.

Saat kemarin menunggu, saya sempat berpikir, ada nggak sih layanan dokter tanpa capek antri dan bisa jadi private doctor? Saya search ternyata ada aplikasi Medicall-ID. Aplikasi ini bisa memanggil dokter ke lokasi kita. Saya tidak sempat menggunakannya karena sudah terlanjur ke klinik dan RS namun jika sampai satu waktu memerlukannya (mudah-mudahan tidak), saya akan coba menggunakannya, karena yang selalu saya alami adalah badan makin tidak karuan karena harus lama menunggu dalam kondisi tidak nyaman.

Masim Vavai Sugianto

Menu