Menu

Budget Pribadi Saat Mulai Bekerja

Budget Pribadi Saat Mulai Bekerja

Di Excellent, ada berbagai latar belakang keluarga dari setiap team. Baik staff maupun teman-teman siswa yang kebetulan PKL di Excellent. Saat pertama kali bergabung, biasanya saya menjelaskan berbagai hal tentang Excellent, namun kelihatannya saya lupa pada satu hal, yang kelihatan sepele namun perlu saya perhatikan, yaitu soal biaya operasional pribadi mereka saat mereka bergabung dengan Excellent namun belum menerima “gaji” pertama.

Bagi sebagian rekan, hal ini mungkin bukan sesuatu yang perlu jadi pikiran. Sudah umum di berbagai perusahaan, bahwa biaya operasional pribadi sebelum mereka menerima gaji bukanlah urusan perusahaan. Untuk transport atau makan siang atau lainnya, silakan masing-masing menyiapkannya, apakah itu dari tabungan, pinjaman atau lainnya.

Tapi di Excellent saya nggak mau begitu. Saya nggak mau ada staff Excellent yang sampai kesulitan berangkat kerja atau tidak konsentrasi bekerja karena mereka memikirkan hal sepele tersebut. Saya masih ingat dulu saat bekerja di Cikarang, kerapkali uang transport/makan saya habis sebelum waktunya.

Di Excellent tidak ada istilah terlalu sepele atau terlalu malu untuk disampaikan. Lebih baik disampaikan dan dicarikan solusinya daripada mengendapkannya tanpa solusi.

Ibarat orang transmigrasi. Saat kebun atau ladang belum menghasilkan, sudah selayaknya ada subsidi sementara waktu sampai nantinya bisa mandiri/berdikari.

Pada akhir pekan kemarin saya merekrut 1 orang team Excellent untuk bantu beres-beres markas Excellent dan melakukan pekerjaan umum/pekerjaan rumah tangga Excellent lainnya. Sebutlah dia sebagai ART (Abang Rumah Tangga). Dia direferensikan oleh neneknya Zeze Vavai, katanya keponakan ibu-ibu yang biasa membersihkan sekolahnya Zeze Vavai.

Dia sudah menikah dan punya anak 1 namun belum bekerja. Tepatnya masih bekerja serabutan. Saat ditawarkan bekerja di Excellent untuk pekerjaan umum, dia mau. Dia datang sebelum team Excellent datang dan menyiapkan minum, membereskan ruangan dan lain-lain.

Saat sedang istirahat bekerja, saya sempat tanyakan, apakah dia punya cadangan biaya untuk sekedar buat transport dan sarapan pagi karena sesuai kesepakatan, dia menerima honor setiap minggu, yang baru akan diberikan pada Jumat mendatang.

Dia bilang dia tidak punya karena memang sebelumnya tidak bekerja. Dia tidak sarapan, ya karena memang tidak ada uang. Untuk transport dia bisa berjalan kaki karena rumah tempat kontraknya berada tidak jauh dari markas Excellent Emerald Spring.

Untuk makan anak dan isteri dia mendapat bantuan dari bibinya, yang biasa bersih-bersih di sekolahnya Zeze Vavai. Terus terang saya terenyuh mendengarnya dan bisa membayangkan bagaimana perasaan dia yang sudah berkeluarga namun belum memiliki pekerjaan tetap yang bisa menopang biaya hidup sehari-hari.

Akhirnya saya bilang padanya, saya berikan uang senilai honor 1 minggu untuk diguankan sebagai buffer operasional pribadinya. Saya minta dia gunakan untuk transport dan biaya makan selagi dia belum menerima gaji/honor dari Excellent. Tidak perlu dikembalikan tidak ada apa-apa, anggaplah sebagai bibit simpanan bergulir dari waktu ke waktu.

Saya juga memberikan t-shirt Excellent untuk dia gunakan sebagai tambahan pakaian untuk bekerja, sampai nantinya dia bisa juga mendapat tambahan pakaian saat ada siklus rutin budget pembelian pakaian seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya.

Saat mendengar hal itu, saya jadi ingat juga ke siswa PKL yang melakukan kegiatan magang. Ada kemungkinan siswa PKL menerima uang saku dari orang tuanya, namun saya sudah mengatakan pada siswa PKL, saat mereka sudah di tingkat SMK, sudah sewajarnya mulai mandiri dan itu bisa dimulai dari saat mereka bergabung di Excellent.

Setiap siswa PKL yang magang di Excellent memang menerima uang saku, minimal sebagai pengganti uang makan dan transport mereka, diberikan setiap hari Jum’at setiap pekannya.

Terkait hal diatas, saya akhirnya menambahkan 1 buah klausul SOP untuk setiap team Excellent ataupun siswa PKL yang bergabung, yaitu adanya biaya buffer diawal mereka bergabung agar mereka bisa tenang bekerja di Excellent tanpa perlu mengkhawatirkan biaya transport maupun makan selama belum menerima gaji pertama.

Sampai dengan saya tuliskan tulisan ini, saya masih berpikir apakah hal ini cukup pantas untuk dituliskan mengingat case-nya terlalu sederhana. Saya memilih untuk mempublikasikannya karena teringat pengalaman saya saat pertama kali bekerja dengan variasi pakaian yang tidak cukup saya pakai selama 1 minggu dan terpaksa meminjam ke orang tua saya untuk biaya transport sebelum akhirnya saya menerima gaji pertama.

Semoga ada manfaatnya.

Masim Vavai Sugianto

Menu