Menu

Excellent Kaizen Part II : Passive Income dari Pembuatan Buku dan Ebook

Excellent Kaizen Part II : Passive Income dari Pembuatan Buku dan Ebook

Catatan : Tulisan ini panjang, karena saya menuliskannya di markas Excellent DJ, terhenti sejenak karena mengantar Dear Rey Reny Yuniastuty berangkat kerja, kemudian dilanjut lagi saat sampai di markas Excellent Premier Serenity. Dibaca ulang, dirapikan lagi, baru kemudian saya publish di status. Karena keasyikan menulis, baru sadar ini mirip cerber 😀 . Harap maklum kalau jadi bosan membacanya 😀

Tulisan pertama mengenai Excellent Kaizen bisa dibaca disini : Excellent Kaizen

*****

Kaizen (改善) merupakan istilah yang sering sekali digunakan di Excellent. Mungkin jadi semacam motto pengingat buat seluruh team. Kaizen sendiri merupakan istilah dalam bahasa Jepang yang bermakna “perbaikan berkesinambungan”.

Filsafat Kaizen berpandangan bahwa hidup kita hendaknya fokus pada upaya perbaikan terus-menerus. Pada penerapannya dalam perusahaan, Kaizen mencakup pengertian perbaikan berkesinambungan yang melibatkan seluruh pekerjanya, dari manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah.

BTW, saya biasanya jarang menulis mengenai pendapatan atau soal cara menghasilkan uang karena khawatir ada kesan saya menjual mimpi 🙂 . Kali ini saya memaksakan diri untuk menulis mengenai topik tersebut, tepatnya mengenai pengalaman pribadi menghasilkan passive income, yang mungkin bisa bermanfaat buat rekan-rekan yang ingin meningkatkan penghasilan tanpa harus meninggalkan pekerjaan yang selama ini dijalani.

Saya sejak dulu hobi membaca dan menjadi pencinta buku. Saat SMP dan SMA, saya kerap mampir ke taman bacaan atau penyewaan buku di pasar baru Bekasi maupun ditempat lainnya untuk menyewa buku. Buku yang saya baca bervariasi, mulai dari yang ringan seperti Wiro Sableng dan novel Freddy S hingga yang kelas berat macam buku Shogun dan Musashi.

Karena senang membaca, saya terpikir untuk membuat buku. Awalnya saya membuat cerpen sejak SMP karena kebetulan menjadi pemred Mading. Kemudian pelan-pelan membuat buku sendiri yang dibaca sendiri dan direview sendiri hehehe…

Saya pernah terpikir untuk mengirim buku ke penerbit, namun tahu diri saya menolak duluan sebelum ditolak penerbit. Saya juga sempat mencari-cari cara publikasi buku sendiri (indie author dan indie publisher). Saya juga sempat kontak kutukutubuku dan Wayang force, namun niat itu timbul tenggelam seiring semangat saya.

Setelah proses kaizen saat brainstorming luar kota Excellent, barulah niat itu bisa direalisasikan. Daripada saya repot-repot membuat novel, langkah termudah adalah mengkonversi modul panduan Excellent menjadi buku cetak. Kalaupun tidak ada yang beli, masih bisa dipakai untuk bahan ajar saat training di markas Excellent. Dalam hal ini saya mengucapkan terima kasih buat bu Nikmah Daulae yang turut memberikan inspirasi dan informasi pencetakan buku di Bekasi.

Karena sudah ada e-comerce di Indonesia, saya terpikir untuk memanfaatkannya. Jadilah saya membuka toko di Tokopedia dan Bukalapak.

Saat itu saya sampaikan pada team Excellent, siapa tahu bisa ada 1-2 buku terjual per minggunya, jadi dalam sebulan ada harapan bisa menjual 4 sampai dengan 8 buku, lumayan untuk tambah-tambah budget uang makan bersama setiap minggu di Excellent.

Saya termasuk tipikal yang tidak mau terbuai angka-angka besar. Misalnya cara cepat kaya dengan menjual ratusan atau ribuan buku. Mungkin ada sih yang seperti itu tapi kemungkinan sebagian besar adalah yang ordinary people yang menjual buku sekedar kembali modal dan mendapat tambahan beberapa ribu rupiah.

Jika buku yang diterbitkan atau dicetak dan dijual secara indie hanya satu buku, mungkin nilainya kecil sekali. Anggaplah dari satu buku mendapat profit 5 ribu rupiah. Kalau terjual 8 buku dalam 1 bulan berarti mendapat 40 ribu rupiah. Lumayan buat tambahan tabungan namun mungkin perlu ditingkatkan. Mekanisme peningkatannya bisa menempuh 2 cara, yaitu :

  1. Meningkatkan promosi buku
  2. Meningkatkan jumlah judul buku

Promosi buku bisa menggunakan mekanisme promo dari mulut ke mulut. Bisa via Facebook atau blog. Kirim informasi ke mailing list atau menggunakan mekanisme Facebook Ads atau Google Adwords. Uangnya dari mana? Uangnya bisa menggunakan pendapatan awal. Jadi pendapatan awal bukan langsung untuk dimakan melainkan diinvestasikan dalam bentuk promosi.

Mekanisme kedua lebih sederhana. Jika satu buku terjual 8 buah dalam 1 bulan, kalkulasi matematika sederhana berarti 2 buku bisa sampai 16 buah. Prakteknya memang tidak demikian. Selain bisa turun naik, jumlahnya juga tidak selalu eksponensial atau hasil perkalian. Bisa saja 1 buku terjual 8 buah sebulan sedangkan 2 buku hanya terjual 10 buah dalam sebulan.

Apapun nilai penjualannya, mencapai jumlah penjualan lebih banyak akan lebih mudah didapatkan jika judul bukunya juga semakin banyak. Anggaplah kita punya 5 judul buku, maka jika masing-masing terjual 4 buah dalam 1 bulan maka akan didapatkan 20 buah buku yang terjual. Jika jumlah judul buku semakin banyak kemudian kita kombinasikan dengan investasi promosi dalam bentuk FB ads dan Google Ads, kita bisa berharap mendapatkan peningkatan pendapatan melebihi biaya investasi yang kita keluarkan.

Tidak apa-apa keluar biaya untuk promosi, jika hasil yang didapat bisa menutup biaya yang dikeluarkan. Misalnya dari hasil penjualan buku sebesar Rp. 150 ribu yang saya dapatkan, saya gunakan uangnya sebagian untuk slot FB ads dengan target dan kriteria calon pembeli tertentu. Misalnya hanya orang Indonesia (karena bukunya dalam bahasa Indonesia), usianya diatas 20 dan dibawah 50 tahun, memiliki minat pada topik tertentu dan lain sebagainya. Saya set biaya iklan selama 1 minggu sebesar Rp. 72 ribu. Kemudian saya perhatikan hasil konversi promosi ini kedalam jumlah penjualan. Jika ada peningkatan jumlah penjualan dan nilai profitnya melebihi biaya promosi, berarti apa yang saya lakukan sudah benar dan bisa dikembangkan. Jika sebaliknya, berarti saya perlu mereview apa saja yang masih kurang tepat dan memperbaikinya kembali.

Di Excellent berulang-ulang ditekankan prinsip “Release Early Release Often”. Daripada menunggu segala sesuatunya sesempurna mungkin, kami membuat suatu standard tertentu yang bisa dicapai, merilisnya kemudian memperbaikinya pada edisi berikutnya. Bukan berarti melakukan pekerjaan secara asal-asalan, kami membatasi jangan sampai kita tidak pernah melangkah karena menunggu segala sesuatunya sempurna.

Tidak semua orang cocok dengan prinsip tersebut. Para pembeli buku Excellent generasi awal mungkin tertawa saat melihat buku yang tidak memiliki kata pengantar sebagaimana layaknya buku “beneran”. Salah satu staff saya malah lupa menambahkan daftar isi. Cover bukunya juga ngeselin, tapi buat saya itu jadi bahan perbaikan yang berharga. bahwa ada pembeli yang sebel dan kemudian komplain, saya tentu mengapresiasinya dan jika perlu memberikan refund.

Pernah dalam satu cetakan, halaman bukunya mudah lepas. Kami sampaikan hal tersebut ke pihak percetakan agar bisa menjadi perhatian khusus. Kami juga memperbaiki kualitas cover, dalam hal ini saya banyak dibantu oleh Fajar Mukharom yang sehari-hari menangani bagian Sales & Marketing di Excellent.

Excellent Kaizen Part II : Passive Income dari Pembuatan Buku dan Ebook

Setelah berjalan beberapa lama, saya terpikirkan untuk memperluas cakupan buku yang diterbitkan. Saya menyemai satu divisi terpisah di Excellent, yaitu divisi Literasi, Buku & Ebook Publishing. Divisi ini ditangani oleh Rizky Pratama kemudian secara bertahap dialihkan kepada Raihan Utomo dan Alifa Tri Febrianti agar lebih fokus dalam penanganannya karena Rizky memiliki kemampuan teknis mumpuni yang membuatnya banyak dibutuhkan untuk menangani aspek teknis pada klien layanan cloud dan on premise di Excellent.

Kami sudah mencoba bentuk ebook dari pdf maupun epub. Menggunakan Libre Office, Mark Down, BookType, Ibook Author, Sigil, Calibre dan berbagai macam aplikasi lainnya. Meski ada beberapa diantaranya yang tidak dilanjutkan, pengalaman menggunakannya menjadi bekal berharga hingga akhirnya pada bulan Agustus 2018 Excellent bisa menerbitkan ebook pertama yang dibuat oleh Muhammad Dhenandi, yaitu buku “Next Generation Firewall Berbasis Untangle”

Penerbitan buku pertama ini akan disusul oleh buku-buku lain, dengan prioritas terdekat adalah buku VMware vSphere 6.7 dan buku Zimbra Collaboration Suite versi terkini.

Penerbitan ebook ini juga menjadi salah satu peningkatan revenue stream, karena materi ebook merupakan materi yang sama seperti yang tersedia di buku cetak. Kelebihannya adalah harganya lebih rendah, mudah dibaca karena melekat di HP/mobile device dan mudah dibeli tanpa harus menunggu kiriman paket. Pembelian via Google Play malah bisa menggunakan pulsa untuk membayarnya.

Jika model buku cetak memerlukan pencetakan ulang terhadap stock yang sudah habis, penerbitan ebook malah tidak memerlukan hal tersebut. Yang kami lakukan adalah melakukan update materi agar sesuai dengan perkembangan sehingga pembaca juga puas mendapatkan ilmu yang tersedia via buku/ebook yang diterbitkan.

Setelah proses awal yang berliku, saya bisa membuat standarisasi proses pembuatan dan penerbitan buku di Excellent, menambah jumlah team di divisi literasi dan publishing dan jika perlu membuka opsi lain untuk pengembangannya.https://www.vavai.com/buku-publishing/

Yang menyenangkan adalah, prosesnya bisa diduplikasi dan ada peluang agar tabungan saham maupun reksadana bisa ditambah tanpa perlu mengganggu pendapatan dari gaji bulanan.

Hasil dari Excellent Kaizen Part II saya tampilkan dalam halaman Buku & Publishing.

Tertarik mencobanya? Boleh kok japri ke saya jika memang tertarik namun masih ragu untuk memulainya.

Masim Vavai Sugianto

Menu