Menu

Don’t Judge a Book by its Cover

Don’t Judge a Book by its Cover

Mulai awal bulan ini, team Excellent kedatangan team PKL (Praktek Kerja Lapangan/Prakerin) SMK yang baru, menggantikan para cheerleaders Mega Silviana​, Erni Indriana​ dan Fitra Syaharani​

Dengan generasi berkualitas sejak angkatan Trisha Ardiansyah​, Rizky Pratama​ dan Zainun Kamal Ramadhan​ kemudian dilanjutkan angkatan Fajar Mukharom​, Iman Agus Trianto​ dan Aan Sharullah​, tentu ada harapan team PKL yang baru bisa beradaptasi seperti halnya rekan mereka sebelumnya.

Saat datang, team baru ini memiliki penampilan yang berbeda-beda. Ada yang kelihatan seperti capek dan lelah, ada yang kelihatan seperti suka bully temannya, ada juga yang kelihatannya butuh olahraga agar bisa lebih lincah bergerak.

Tapi sejak saya membangun Excellent, saya jarang menjadikan penampilan dan sikap awal sebagai titik tolak penentuan keputusan saya.

Memang ada beberapa staff dan team PKL yang dari penilaian awal saya kelihatannya chemistry-nya cocok dengan Excellent. Punya kemampuan diatas rata-rata dibanding rekan-rekannya.

Meski demikian, saya juga percaya bahwa anak muda masih bisa berubah (bunglon kaleeee Don’t Judge a Book by its Cover ) dan saya tidak ingin menolak mereka atau membuang kesempatan memberikan peluang bagi mereka untuk memperbaiki kualitas hidup dan rencana masa depan mereka. Tsah, saya menulis seolah-olah saya udah baik bener, hehehe…

Jadi saat briefing pertama saya dengan team PKL yang baru saya sampaikan beberapa hal :

  1. Saya tidak peduli kalian gendut atau kelihatan kurus. Yang penting sehat dan usahakan secara bertahap bisa proporsional. Gendut bukan kutukan, kurus juga bukan sesuatu yang memalukan. Meski demikian, kalian juga jangan jadikan hal ini sebagai pembenar. Bentuk badan proporsional bisa tetap diusahakan agar bisa lebih sehat dan berpenampilan menarik (ini cocoknya sih ucapan saya pada diri sendiri sebenarnya, hehehe…)
  2. Kalian tidak perlu khawatir pada asumsi awal saya atau pandangan awal dari pihak lain. Yang penting kalian bisa berusaha lebih baik dari waktu ke waktu. Manusia bisa berubah, apalagi kalau mau berusaha
  3. Jangan terlena dan jangan ikuti arus yang negatif. Sepanjang kalian berusaha positif, saya akan bantu agar kalian bisa menyiapkan diri kalian lebih baik untuk masa depan kalian sendiri
  4. Di Excellent ada beberapa istilah. Misalnya : “Tidak tahu cukup sekali. Tidak boleh berkali-kali”. Harus berani mencoba sesuatu yang positif dan mengembangkan karakter positif. Jangan jadi anak penakut dan maunya didalam kepompong terus
  5. Istilah lain di Excellent adalah “Hidup kita milik kita, susah maupun senang, kita juga yang menjalaninya”. Jangan menyalahkan orang tua atau orang lain untuk nasib buruk maupun situasi hidup kita. Saya sampaikan pada mereka bahwa mereka harus bangga bisa sekolah sampai level SMK. Itu artinya orang tua sudah menyediakan pondasi awal yang cukup baik buat masing-masing. Tugas masing-masing untuk berusaha lebih baik lagi dan bisa membahagiakan orang tua.

    Lahir miskin itu takdir, mati miskin itu kebodohan. Kira-kira begitu istilahnya Don’t Judge a Book by its Cover

Diakhir briefing saya sampaikan bahwa saya ini mungkin calon psikolog gagal dan calon khatib yang terlalu banyak mikir. Jadi jangan heran jika tiap kali briefing saya terlalu banyak petuah, hehehe…

Harapan saya, siapapun yang masuk ke Excellent, mereka bisa dicelupkan kedalam mindset pemikiran untuk bisa mandiri, berinisiatif, kreatif dan bisa mempersiapkan bekal kehidupannya dimasa mendatang lebih baik lagi.

Selalu semangat, Amri, Irul dan Alwi!

Masim Vavai Sugianto

Menu