Menu

Resolusi 2019 : Mengatur Keuangan Keluarga

Resolusi 2019 : Mengatur Keuangan Keluarga

Dalam rangka mencapai target FIRE (Financial Independence Retirement Early) sebelum usia 50 tahun, salah satu target saya diawal tahun 2019 adalah mulai merapikan catatan keuangan keluarga. Semestinya sudah di Januari 2019 namun karena ada beberapa kendala, saya terpaksa memulainya di Februari 2019.

Langkah pertama adalah berdiskusi dengan My Dear Rey terkait pengelolaan keuangan. Catatan keuangan diintegrasikan menggunakan aplikasi finansialku. Jika selama ini berdasarkan ingatan atau catatan sporadis, mulai Februari melakukan beberapa langkah realisasi, misalnya dalam bentuk beberapa hal berikut ini :

  1. Menggabungkan anggaran keluarga. Selama ini sebagian gaji saya tetap stand by di rekening saya untuk keperluan membeli buku bacaan, ebook atau operasional. Mulai Februari (atau Maret tepatnya), seluruh gaji akan dikelola oleh Dear Rey, nanti alokasi untuk hobi dan keperluan saya akan diset dari sana. Mungkin secara alokasi dan besaran sama saja tidak berubah, hanya saja ada catatan anggaran dan realisasi yang lebih terpusat
  2. Membuat detail rencana keuangan keluarga, misalnya untuk pos dana darurat, itu dihubungkan dengan rekening bank tertentu atau dengan investasi yang mudah dicairkan, misalnya reksadana fixed income atau reksadana pasar uang. Jika merujuk pada aplikasi Finansialku, jumlah dana darurat adalah 12x dari kebutuhan hidup 1 tahun. Jadi kalau pengeluaran misalnya Rp. 5 juta, dana darurat adalah Rp. 60 juta. Jika lebih kecil atau lebih besar pengeluarannya, tinggal menyesuaikan dengan perkalian
  3. Membuat catatan untuk dana pendidikan. Selama ini memang sudah ada catatan, namun sekarang lebih didetailkan, misalnya untuk reksadana atau investasi saham tertentu itu disambungkan dengan dana pendidikan untuk Zeze Vavai sedangkan untuk reksadana dan saham lainnya diarahkan ke dana pendidikan Vivian. Saya membuat acuan menggunakan asumsi biaya kuliah di ITB dan Binus. Jika asumsi Zeze Vavai dan Vivian kuliah di kampus lain asumsi biayanya tidak terlalu jauh berbeda. Selain biaya kuliah, ada juga estimasi biaya hidup bulanan dengan perkiraan misalnya kuliah di luar kota. Untuk sementara pilihan kuliah di luar negeri belum dimasukkan sebagai perkiraan, karena Dear Rey kurang setuju untuk kuliah S1 di luar negeri. Kalau untuk S2 sih tidak apa-apa katanya. Namanya juga rencana, berkhayal dulu tidak apa-apa
  4. Membuat rencana keuangan untuk hari tua. Ini yang menjadi target utama. Sebagian besar investasi saham atau investasi lain yang ditujukan untuk jangka panjang dimasukkan ke bagian ini. Jika dulu saat berinvestasi saya melakukannya secara sporadis dan kadang berdasarkan naluri, sejak mempelajari mengenai konsep FIRE saya mulai mengelompokkannya agar lebih terarah. Komposisi saham misalnya, lebih banyak diarahkan untuk keperluan value investing, sebagian saja yang yang digunakan untuk trading sebagai media pembelajaran bagi saya
  5. Membuat target investasi/tabungan secara rutin. Ini jauh lebih mudah karena memang sudah dilakukan sebelumnya, hanya saja ada tambahan dalam bentuk rencana investasi maupun tabungan yang akan diambil, jumlah besarannya, target lama waktu investasi dan proses pencapaiannya dalam bentuk jumlah dan periode ritme menabung. Misalnya saya punya target untuk menambahkan tabungan pendidikan Zeze Vavai dan Vivian sebesar Rp. 60 juta dalam 5 tahun, berarti saya harus melakukan setting menabung Rp. 1 juta per bulan supaya angkanya bisa tercapai. Bukan menabung Rp. 700.000,- dan berharap keajaiban dan rezeki agar investasi 700 ribu tersebut mendapat profit sehingga target 60 juta bisa tetap tercapai. Mungkin saja ada profit dari nilai investasi awal, namun saya tidak mau mencantumkannya dalam rencana keuangan karena sifatnya tidak pasti dan belum tentu terealisasi
  6. Membuat rencana liburan. Selama ini untuk rencana liburan bersifat impulsif. Tiba-tiba melihat satu tempat yang keren, ada waktu libur anak-anak, langsung pesan tiket dan berangkat. Mulai 2019 ini rencana liburan lebih direncanakan, misalnya mau libur ke daerah atau negara tertentu, budgetnya berapa, asumsi berapa lama, apakah tidak bentrok dengan waktu sekolah anak dan estimasi tabungan per bulan berapa agar bisa mencapai target.
  7. Memaksimalkan nilai tabungan. Jika merujuk pada tabel “Saving Rate dan Lama Waktu Bekerja”, untuk mencapai level FIRE dalam 7 tahun saya harus menabung 75% dari nilai take home pay. Ini nilai yang besar sekali, jangan-jangan saya harusnya makan nasi putih saja, 2 kali sehari, hehehe… Untuk bisa mendapatkan saving rate 75%, saya perlu melakukan 2 hal, yaitu mengurangi expense atau biaya pengeluaran hidup sehari-hari dan yang kedua meningkatkan jumlah pendapatan. Jika mereview tahun 2018 misalnya, salah satu pengeluaran terbesar adalah biaya untuk makanan dan pos terbesarnya adalah biaya pesan antar. Jadi untuk memaksimalkan tabungan, salah satu langkah yang dilakukan misalnya lebih sering memasak sendiri dibandingkan memesan makanan pesan antar. Tidak drastis menghilangkan komponennya namun menguranginya sekedar kalau bosan atau tidak keburu untuk memasak

Proses untuk merapikan keuangan keluarga ini kelihatannya sederhana padahal tidak juga. Untuk menggabungkan catatan rekening misalnya, bisa saja ada yang perlu perjuangan, misalnya khawatir kalau seluruh gaji diserahkan, nanti tidak ada “uang laki-laki” yang hendak digunakan untuk keperluan sendiri. Saya pribadi lebih mudah mengatasi kekhawatiran ini karena selama hobi saya juga tidak mahal dan tidak butuh biaya besar. Sebagian fasilitas pribadi atau perlengkapan kerja yang saya gunakan disediakan oleh Excellent jadi keperluan pribadi saya sendiri tidak terlalu besar. Ya itu tadi, sekedar anggaran untuk buku atau ebook dan hobi berkebun.

Resolusi 2019 : Mengatur Keuangan Keluarga
Dashboard Rencana Keuangan

Saya tidak memerlukan fashion mewah, gadget keren maupun perlengkapan mahal lainnya. Sekedar mencukupi kebutuhan fundamental saja, misalnya ada baju yang baik untuk presentasi di klien atau saat bekerja. Saya ingat ucapan seorang rekan-mas Dedi Gunawan-bahwa pada usia 40 tahunan, seseorang harusnya sudah selesai dengan dirinya sendiri. Sudah selesai dengan keperluan pribadi dan fokusnya sudah lebih banyak pada kemaslahatan masyarakat, bagaimana kita bisa mulai atau lebih banyak berkontribusi sosial pada masyarakat sekitar.

Karena My Dear Rey berlatar belakang PNS, saya juga berusaha meyakinkannya soal target FIRE yang hendak dicapai. Mungkin sebagai PNS ada perasaan aman karena memiliki hak pensiun, namun saya meyakinkannya bahwa rencana keuangan keluarga tetap penting yang perlu dikelola lebih baik lagi. Saya toh juga tidak ada keperluan untuk misalnya menggunakan uang gaji Dear Rey untuk keperluan pribadi saya, karena memang kebutuhan saya sendiri sudah terpenuhi.

Dari sisi literasi finansial, My Dear Rey sebenarnya lebih rapi dan lebih awal paham dibandingkan saya, hanya saja ada beda sudut pandang pemahaman karena beda latar belakang pekerjaan antara pegawai pemerintah dengan wirausahawan seperti saya. Bagi wirausahawan seperti saya, rencana keuangan dan FIRE sangat penting karena tidak ada pensiun dan harus disiapkan sejak awal. Kami perlu mencapai titik temu, karena biaya hidup saat usia tua kan pada dasarnya menjadi keperluan kami berdua (atau tepatnya menjadi keperluan bagi keluarga), terlepas dari latar belakang pekerjaan kami.

Alhamdulillah proses untuk meyakinkan ini tidak terlampau sulit karena memang saya terbuka pada target rencana yang hendak dicapai dan upaya yang sudah dilakukan. Saya juga melakukan instalasi aplikasi Finansialku di masing-masing gadget, sehingga kami bisa saling melengkapi input pemasukan atau pengeluaran terkait masing-masing.

Dengan awal yang baik ini, harapannya proses untuk pencapaian FIRE sesuai target waktu sebelum usia kami mencapai 50 tahun bisa direalisasikan tanpa hambatan berarti.

Masim Vavai Sugianto

Menu